Contoh Deret Ukur Dan Baris Ukur Matematika Aritmatika
DERET UKUR DAN BARIS UKUR
DERET UKUR
Deret yang perubahan
suku-sukunya berdasarkan perkalian terhadap sebuah bilagan tertentu. Bilangan
yang membedakan suku-suku sebuah deret ukur dinamakan pengganda, yakni merupakan hasil bagi nilai suatu suku terhadap
nilai suku didepannya.
Contoh :
1. 5, 10, 20, 40, 80, 160 (pengganda = 2)
2. 512, 256, 128, 64, 32, 16 (pengganda = 0,5)
a. Suku ke-n dari Deret Ukur
Untuk dapat membentuk
rumus perhitungan suku tertentu dari sebuah deret ukur, perhatikan contoh 1
diatas yang disajikan dalam bentuk lain di bawah ini :
S1 = 5 = a
Sn= apn
– 1
|
S2 = 10 = ap =
ap2-1
S3 = 20 = app = ap2 = ap3-1
S4 = 40 = appp = ap3 = ap4-1 a
= suku pertama
S5 = 80 = apppp = ap4 = ap5-1 p
= pengganda
S6 = 160= appppp = ap5
= ap6-1 n = indeks suku
Berdasarkan rumus
diatas, nilai suku ke-10 dari deret ukur dalam contoh1 dan contoh2 diatas
masing-masing adalah :
1. S10 = (5)(2)10-1 =
(5)(2)9 = (5)(512) = 2560
2. S10 = (512)(0,5)10-1
= (512)(0,5)9 = (512)(1/512) = 1
b. Jumlah n suku
Seperti halnya dalam
deret hitung, jumlah sebuah deret ukur sampai dengan suku tertentu adalah
jumlah nilai suku-sukunya sejak suku pertama sampai dengan suku ke-n yang
bersangkutan.
Jn = = S1 + S2 + ...... + Sn
Berdasarkan Sn
= ap n – 1, maka masing-masing S dapat dapat dijadikan sehingga:
Jn = a + ap + ap2 + ap3 + .... + apn-2
+apn-1 (1)
Jika persamaan (1) ini
kita kalikan dengan bilangan pengganda p, maka :
pJn = ap + ap2 + ap3 + .... + apn-1
+apn (2)
Dengan mengurangkan
persamaan (2) dari persamaan (1), diperoleh selisih antara kedua persamaan ini
yaitu :
Jn - pJn =
a - apn
Jn (1 – p) = a(1 – pn)
Jn = atau Jn =
|
Dari sini, kita dapat
membentuk rumus jumlah deret ukur sampai dengan suku ke-n, yakni:
Rumus (1) untuk p < 1 dan Rumus (2) untuk p > 1
Untuk kasus deret ukur
dalam contoh 1 diatas, dimana a = 5 dan p = 2, jumlahnya sampai dengan suku
ke-10 adalah:
J10 = = = 5115
Sebagaimana akan dapat
dijumpai dalam bagian atau bab-bab selanjutnya dalam buku ini, prinsip-prinsip
deret banyak diterapkan untuk menelaah perilaku bisnis dan ekonomi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Prisip deret hitung banyak diterapkan dalam
menganalisis perilaku perkembangan. Sedangkan prinsip deret ukur, bersama-sama
dengan konsep logaritma, sering digunakan untuk menganalisis perilaku
pertumbukan.
1. Model perkembangan
usaha
Jika perkembangan variable-variable tertentu dalam
kegiatan usaha. Misalnya produksi, biaya, pendapatan, penggunaan tenaga kerja,
atau penanaman modal. Berpola seperti deret hitung, maka prinsip-prinsip deret
hitung dapat digunakan untuk menganalisis perkembangan variable tersebut.
Berpola seperti deret hitung maksudnya disini ialah
bahwa variable yang bersangkutan bertambah secara konstan dari satu periode ke
periode berikutnya.
Kasus 1
Perusahaan genteng
“Sokajaya” menghasilkan 3.000 buah
genteng pada bulan pertama produksinya. Dengan penambahan tenaga kerja dan
peningkatan produktivitasnya, perusahaan mampu menambah produksinya sebanyaj
500 buah setiap bulan. Jika perkembangan produksinya konstan, berapa buah yang
dihasilkan pada bulan kelima? Berapa buah yang telah dihasilkan sampai bulan
tersebut?
Diketahui : a
= 3.000
b = 500
c = 5
jawab:
S5 = 3.000 +
(5 – 1) 500 = 5.000
J6 = (3.000 + 5.000) = 20.000
2.
Deret untuk pertumbuhan
penduduk
Robert Malthus
menyatakan, bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan
pangan mengikuti deret hitung. Dengan demikian model pertumbuhan penduduk lebih
sesuai dengan deret ukur. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pt = P1 ( 1 + r )t-1
Keterangan :
Pt = total
penduduk pada periode t
r = tingkat pertumbuhan
p1 = total
penduduk pada peride awal periode (%) pertahun
t = peride waktu
(tahun)
Contoh soal :
Di kota A pada tahun
2000 total penduduknya sebanyak 2.000.000 jiwa dan menurut historis perhitungan
tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 2% pertahun. Berapakah total penduduk di
kota A tahun 2004?
Diketahui :
P1 =
2.000.000
r = 2%=0,02
t = 2004-2000 = 4
tahun
Pt = ?
Jawab :
Pt = P1 ( 1
+ r )t-1
= 2.000.000 (1+0,02)4-1
= 2.000.000 (1,02)3
= 2.122.416
3.
Deret untuk Usaha
Bisnis
Penerapan deret bagi dunia bisnis yang lebih sesuai adalah daret hitung,
karena jika diukur dengan deret ukur, variable-variable ekonomi seperti biaya,
produksi, modal, pendapatan, tenaga kerja akan kesulitan untuk mengikutinya,
dalam arti untuk segera memenuhinya
Contoh soal:
Sebuah dealer sepeda
motor merek SPEED baru setahun membuka usahanya. Bulan pertama stok persediaan
sepeda motor pada akhir tahun dievaluasi ternyata rata-rata jumlah permintaan
sepeda motor sebanyak 7 buah. Berapakah jumlah stok persediaan bulan ketujuh?
Jawab:
S7 = a + (n
– 1)b
= 10 + (7 – 1)7
= 10 + 42
= 52
4.
Deret untuk Bunga
Majemuk
Model deret untuk bunga
majemuk (bunga berbunga) yaitu deret ukur khususnya bagi hutang piutang. Hal
ini berlaku bagi dunia perbankan atau siapa saja yang melakukan transaksi
hutang piutang dengan model ini dan transaksi ini biasa disebut kredit. Sacara
sistematis dirumuskan :
Fn = P (1 – i)n
Rumus ini untuk kredit
dengan system pembayaran suku bunga yang dibayarkan setahun sekali. Sebaliknya
jika suku bunnga dibayarkan lebih dari satu kali dalam setahun, rumusnya
menjadi :
Fn = P (1+())nm
Keterangan:
Fn = total nilai kredit
dengan n periode
P = total nilai lredit
awal periode
m = frekuensi
pembayaran suku bunga dalam setahun
i = suku bunga kredit
n = banyak tahun
Contoh soal:
Tn. A kredit mobil
dengan uang muka Rp10.000.000 sisanya kredit yaitu Rp30.000.000 dengan suku
bunga kredit 2% perbulan dalam jangka waktu 2 tahun.
a. Berapakah total kredit setelah jatuh
tempo pelunasan?
b. Berapakah total harga perolehan mobil Tn.
A?
Jawab:
a. Total kredit setelah jatuh tempo
pelunasan
F2 =
30.000.000 (1+0,02)(2)(12)
= 30.000.000 (1,02)(24)
= 48.233.117,48
b. Total harga perolehan mobil Tn. A
THP : 10.000.000 + 48.253.117,48
= 58.253.117,48
Penerapan yang lain
pada tabungan nasabah suatu bank,
Contoh soal:
Tn. B ingin total
tabungan pada lima tahun yang akan datang sebesar Rp20.000.000, asumsi suku
bunga pertahun konstan sebesar 6%. Berapakah Tn. B besarnya saat mulai menabung
di awal tahun?
Jawab:
F5 = P (1 +
i)n
20.000.000 = P (1 +
0,06)5
20.000.000 = P(1,06)5
20.000.000 = 1,338P
P =
P = 14.947.683,11
SOAL DAN PEMBAHASAN
1. Ada data sebanyak tujuh yaitu
10,15,20,25,30,35,40. Tentukan besarnya data ke sepuluh!
Diketahui : a = 10
b = 5
n = 10
S10 = ... ?
Jawab :
Sn = a + (n - 1)b
S10 = 5 + (10-1)5
= 5 + (9)5
=50
2. Jika suatu data diketahui pembeda adalah
4,5 dan data ke 100 = 1000, maka tentukan besar data pertama!
Diketahui : b = 4,5
S100 = 1000
a = .... ?
Jawab :
Sn = a + (n-1)b
S100 = a +
(100-1)4,5
1000 = a + (99)4,5
= a + 445,5
a = 1000 – 445,5
= 554,5
3. Jika suatu data hanya diketahui suku
pertama 11,5 dan suku ke-100 = 2000, tentukan selisih diantara suku-suku tersebut!
Diketahui: a = 11,5
S100 = 2000
b = ... ?
Jawab :
Sn = a + (n-1)b
S100 = 11,5 + (100-1)b
2000 = 11,5 + (99)b
99b = 2000-11,5
b =
= 20,08
4. Jika suku pertama sebesar 50 dan suku ke-5
sebesar 150, maka tentukan suku ke seratus!
Diketahui : a = 50
S5 = 150
S100 = ...?
Jawab:
1) Sn =
a + (n-1)b
S5 = 50 + (5-1)b
150 = 50 + (4)b
b =
= 25
2) Sn =
a + (n-1)b
S100 = 50 +
(100-1)25
= 50 + (99)25
= 50 +2475
= 2525
5. Sebuah data penjualan dari beberapa tahun
sebagai berikut :
Penjualan
|
100
|
95
|
90
|
85
|
80
|
75
|
70
|
65
|
60
|
Tahun
|
2000
|
1999
|
1998
|
1997
|
1996
|
1995
|
1994
|
1993
|
1992
|
Tentukan jumlah
penjualan selama sembilan tahun terakhir tersebut!
Diketahui : a = 100
b = -5
n = 9 tahun
J9 = ...?
Jawab:
Jn = (2a + (n-1)b)
J9 = (2(100) + (9-1)(-5))
= 4,5 (200 + (-40))
=4,5 (160)
= 720
BARIS UKUR
Adalah bilangan dimana
pola perubahannya dari satu suku ke suku brikutnya besarnya tetap dan pola
perubahannya dapat diperoleh dari perbandingan satu suku dengan suku
disebelahnya.
RUMUS UMUM :
Un = a. r^n-1
r = Un/ Un-1
Keterangan :
r = rasio (Perbandingan
(hasil bagi) suatu bilangan dengan bilangan sebelumnya )
Un = suku ke –n
a = suku pertama
CONTOH SOAL :
1.
Diketahui baris ukur :
2, 4, 8,… Tentukan:
a. suku pertama,
b. rumus suku ke-n dan
c. suku ke-8nya!
Jawab :
a.
U1 = a = 2
b.
Un = ar^n-1
Un = 2. 2^n-1
Un = 2 ^n-1 +1
Un= 2^n
c.
U8 = 2 ^8
U8 = 256
1.
Suatu barisan geometri
diketahui a =80, r =1/2, dan Un = 5/16, Tentukan banyak suku (n) baris ukur
tersebut.
Jawab :
Un = a r^n-1
5/16 = 80. ½ ^n-1
5/16 = 80 . (½) ^n.
(½)^-1
5/16 = 80/1/2. (½
)^n
5/16 = 160.( ½ )^n
5/ 16 . 1/160 = (½ )^n
1/ 16. 32 = (½ )^n
(½)^9 = (½ )^n
Jadi, banyak suku (n)
baris ukur (geometri) adalah 9
Komentar
Posting Komentar